Sejumlah keluhan fisik yang patut diwaspadai sebagai gejala penyakit jantung adalah nyeri dada, berdebar-debar, cepat letih, sesak napas, ada riwayat sering pingsan, sesak bila tidur terlentang, beberapa organ tubuh membiru, serta perut dan bagian kaki membengkak. Gejala lain yang dialami ketika seseorang terserang penyakit jantung adalah rasa nyeri yang hebat pada bagian dada yang disertai muntah. ”Rasa tertekan atau seperti ditimpa beban, sakit, terjepit, diperas, dan terbakar di bagian dada dapat menjalar ke lengan kiri, leher, dan punggung,” kata Linda menambahkan.
Beristirahat
Penderita penyakit jantung juga bisa mengalami sesak napas atau seperti tercekik, berkeringat dingin, lemah, berdebar-debar, dan jatuh pingsan. Keluhan fisik itu akan berkurang dengan istirahat dan tambah berat ketika penderita beraktivitas. ”Jika terjadi kondisi nyeri dada, maka pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah baringkan penderita, istirahatkan sampai nyeri berkurang atau hilang, lakukan pemberian oksigen, kemudian panggil dokter, dan bawa ke rumah sakit yang terdekat,” ujarnya. Jika pertolongan awal terlambat, begitu ada gejala penyakit jantung, pengobatan tidak akan bisa optimal, bahkan bisa berakibat fatal bagi penderita.
Faktor risiko
Agar tidak terserang penyakit jantung koroner, upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah memeriksa kadar kolesterol LDL atau kolesterol ”jahat” dan tekanan darah secara teratur. Cara lain adalah menerapkan pola makan yang sehat, di antaranya tidak makan berlebihan serta menghindari makanan yang mengandung lemak dan minuman beralkohol, diimbangi dengan aktivitas fisik. ”Faktor risiko terjadinya penyakit jantung juga perlu dikendalikan. Jika memiliki faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dengan perubahan gaya hidup, maka pemeriksaan kesehatan jantung secara teratur adalah langkah terbaik,” kata Linda.
Sejauh ini, ada sejumlah faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu usia yang makin tua, jenis kelamin, serta ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan jantung dan pembuluh darah. Sementara itu, sejumlah faktor risiko yang bisa dimodifikasi dengan perubahan gaya hidup adalah dislipidemia, seperti kadar kolesterol LDL tinggi, kolesterol HDL rendah, tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis atau diabetes melitus, kebiasaan merokok, kegemukan atau obesitas, dan kurang berolahraga. ”Kolesterol HDL berfungsi memindahkan kolesterol jahat dari dinding pembuluh darah. Sedangkan kolesterol LDL justru merusak dan menyumbat pembuluh darah,” ujarnya. (EVY)
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment